Minggu, 18 November 2007

BAIT ALLAH YANG HIDUP


Our daily life is our true temple (Kahlil Gibran).

Apakah spiritualitas yang sejati itu? Apakah model pertapa yang berdiam diri ditengah hutan, bergumam, "em, em, em?". Apakah model biarawan yang hidup asketis di biara sunyi? Apakah model imam yang hafal semua ayat-ayat suci?. Atau mungkin model pengkotbah yang fasih retorika, menghipnotis audien dengan metafora dan ilustrasi?.
Begitu eksklusif kah mengalami pengalaman spiritual yang sejati itu? Apakah orang-orang biasa tidak bisa mengalaminya? Seperti ibu rumahtangga, pekerja pabrik, pegawai negeri, tukang ojek, sales, sekretaris kantor konglomerat, celebritis, pokoknya orang-orang biasa, mereka yang tidak memiliki atribut-atribut agamawi.
Dalam sebuah buku psikologi populer spiritualitas didefinisikan : kemampuan untuk menerima kedamaian, kebahagiaan, di dunia yang tidak sempurna, dan untuk merasakan bahwa kepribadian seseorang itu tidak sempurna tetapi dapat diterima. Dan juga mampu menyelesaikan kontradiksi yang tampak antara emosi seseorang dengan realitas, antara batiniah dan lahiriah. Dalam buku itu juga disebutkan ciri-ciri orang yang sudah mencapai level spiritualitas yaitu, penerimaan, kepercayaan, pengampunan, damai, cinta.

Paulus, Rasul Kristen yang paling berpengaruh, menegaskan bahwa bait Allah (Temple of God) yang hidup itu bukanlah gedung megah yang dibangun batu, pasir, semen dengan keramik-keramik yang menghiasi lantai-lantainya tapi manusia yang didalam hatinya (God's Spot) berdiam Roh Allah yang hidup. Jadi siapa pun dia mempunyai kapasitas level spiritualitas, yang gerak Roh Kudusnya bisa dirasakan, dilihat, dan dialami secara kongkrit. Yang penting ruang "God'Spot" dalam diri manusia itu tidak boleh kosong, harus diisi oleh Sang Kebenaran, Yesus Kristus, maka aliran-aliran spiritulitas yang hidup akan membasahi jiwa dan roh yang tadinya kering dan gersang. Kepingan yang hilang dalam tata ruang jiwa dan roh itu adalah kepingan ilahi yaitu Allah, Pencipta tubuh,jiwa dan roh.

Spiritualitas yang sejati itu dimulai dengan menerima Yesus dalam hati. Dia akan menerangi mata rohani yang gelap, menuntun dan membimbing dalam hidup keseharian, dalam rutinitas, di dapur yang bau bumbu, di kantor yang sibuk, dimanapun selama hati terus berhubungan (connected) dengan-NYA. Spiritualitas yang sejati itu bisa dirasakan oleh sesama dengan menghasilkan buah-buah Roh yang menurut buku psikologi modern disebut Emotional Quotient, atau sekarang yang lagi trend Spiritual Quotient. Bedanya dalam ajaran EQ dan SQ itu caranya dengan "Self Help" , menolong sendiri atau "do it-yourself spirituality" .

Dalam kekristenan pertumbuhan jiwa dan rohani hanya bisa diraih dengan membangun hubungan yang lebih dekat setiap hari dengan Yesus. Kedekatan dengan Guru Agung ini akan memancarkan sifat-sifat seperti Kristus, level spiritualitas yang autentik dan tertinggi.
Apa saja buah-buah Roh itu? Yaitu Kasih, Sukacita, Damai sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan,Kesetiaan, Kelemahlembutan, Penguasaan diri ( Galatia 5:22). Kalau dibahas masing-masing buah ini sebenarnya bermuara kepada satu kata agung KASIH (Lihat 1 Korintus 13). Mungkin kita sudah menghafal ayat ini ketika di sekolah minggu, tapi buah-buah Roh ini hanya bisa diproduksi ketika seseorang membuka tanah hatinya untuk digarap "Pengelola Kebun Anggur Kompeten" yaitu Yesus Kristus. Bukankah pembahasan sifat-sifat ini yang sering kita temukan dalam buku-buku self-help psikologi EQ dan SQ atau yang terakhir "Social INTELLIGENCE ?. Sangat disayangkan kalau anak-anak Tuhan malah lebih tertarik dengan "self help" spitualitas bukan spiritualitas "God Help" yang bisa dipelajari dalam Alkitab.

Ah, seandainya mereka tahu bahwa menjadi rohani itu adalah proses pertumbuhan karakter yang berlangsung seumur hidup bukan mencari puncak pengalaman ekstasi surga yang instant, pastilah dunia ini aman dari mesias-mesias palsu yang terus bermunculan di akhir jaman ini.


js

_Selamat Bertumbuh Dalam Kristus_

subscribe: puisikristen- subscribe@ yahoogroups. com

Tidak ada komentar: