Selasa, 19 Agustus 2008

Test Padang Gurun,Test Pemimpin Masa Depan


Melewati padang gurun kehidupan adalah perjalanan wajib yang harus ditempuh oleh seorang pemimpin masa depan. Pengalaman di padang gurun ini harus ada dalam "curiculum vitae" seorang pemimpin masa depan. Seorang pemimpin masa depan yang mengandalkan relasi personal kalangan elit di istana megah, kolusi dan nepotisme untuk mendapatkan jabatan sebenarnya individu yang sangat berbahaya untuk memegang otoritas. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin karbitan,pemimpin instan, tidak matang alami. Ada proses pembentukan karakter dan pertumbuhan yang dia potong pintas. Allah menghendaki bakal pemimpin yang dipilihnya untuk mengalami proses pelatihan dan pengembangan guna transformasi mental. Kalau tidak, individu bakal pemimpin tersebut cenderung akan mudah jatuh dalam ujian integritas, karakter, disiplin, tanggung jawab, bahkan etika moral.

Mari kita belajar dari pengalaman Yesus Kristus yang telah berhasil melewati ujian padang gurun. Sebelum Yesus Kristus memulai pelayanannya, Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun. Di padang gurun Yesus berpuasa selama 40 hari dan malam. Kemudian iblis datang mencobai-Nya dengan 3 macam godaan sifat manusia yaitu

1. Kebutuhan biologis ( Mat 4:3)
2. Motivasi, Popularitas, Kesombongan ( Mat 4:5-6)
3. Kekuasaan dan Ketamakan (Mat 4:8-10)

Ingat pada saat itu kondisi biologis Yesus sangat lapar, dan psikologis-Nya sangat rawan akan pengakuan eksistensi diri.

1. Ujian kebutuhan dasar

Lalu datanglah si penggoda itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis Manusia hidup bukan dari roti saja,tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." ( Mat 4 : 3-4).

Roti disini bisa diartikan sebagai lambang kebutuhan dasar yang sifatnya biologis, seperti makan, minum, dan seks. Yesus dicobai iblis untuk mengubah batu-batu itu menjadi roti. Memang secara biologis pastilah Yesus sangat lapar karena sudah puasa selama 40 hari, sangat manusiawi Yesus butuh roti untuk perut-Nya yang lapar. Tapi Yesus berkata manusia tidak hidup dari roti saja tetapi dari firman yang keluar dari mulut Tuhan.
Seorang pemimpin harus tahu apa yang paling prioritas dalam hidupnya. Kalau prioritasnya salah maka pengambilan keputusannya pasti salah. Berapa banyak pemimpin jatuh dalam hal integritas gara-gara tidak bisa menguasai diri dalam hal perut, kesenangan jasmani, seksualitas, yang sifatnya pemuasan diri.
Godaan iblis kepada Yesus untuk mengubah batu-batu menjadi roti secara "magic" adalah cerminan budaya hedonisme dan pragmatisme masa kini yang ingin cepat terpenuhi kebutuhannya, kesenangannya, secara instant, yang penting kenyang, yang penting nafsu birahi terpenuhi, tanpa memperdulikan etika moral agama. Individu yang tidak lulus ujian padang gurun kebutuhan dasar seperti ini kemungkinan akan menjadi pemimpin yang yang hedonis dan pragmatis. Dia akan mengambil keputusan untuk mengubah batu-batu menjadi roti walaupun yang memerintahkan adalah iblis. Asketisme atau prinsip hidup prihatin yang menyangkal diri adalah gaya kepemimpinan Kristus yang sudah diuji kualitasnya di padang gurun. Pemimpin atau individu siapapun yang orientasinya hanya kepada pemuasan diri untuk perut, makan , minum, seks, adalah sangat berbahaya untuk diberikan tanggung jawab dan otoritas. Individu seperti ini akan mudah dibeli dengan uang, kesenangan, hiburan,wanita, dengan menjual keputusan-keputusannya berupa tanda tangannya sebagai pemegang otoritas.
Seorang pemimpin yang sanggup membebaskan orang-orang lain dari godaan-godaan biologis dasar dia harus sudah bebas terlebih dahulu.

2. Ujian Motivasi, Popularitas, Kesombongan

Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis : Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata kepadanya : "Ada pula tertulis: "Janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu!"(Matius 4:5-6)

Dalam ujian kali ini Yesus diperhadapkan kepada ujian motivasi, pertanyaannya adalah: "Apakah Dia melayani Allah dengan tujuan untuk menjadi "tokoh akrobat" yang memamerkan kehebatan-Nya? Untuk tujuan popularitas, mendadak terkenal, mendadak sukses hanya dengan satu aksi spektakuler dengan menjatuhkan diri ke bawah dari bubungan Bait Allah? Tentunya akan ada banyak tepuk tangan di bawah sana kalau Dia meloncat. Tapi Yesus dipanggil untuk menjadi pemimpin "jalan salib" bukan "jalan sirkus". Pemimpin masa depan harus diuji motivasinya, dengan diubahkan lebih dahulu paradigmanya menjadi pemimpin dengan paradigma menjadi seperti Kristus. Paradigma menjadi seperti Kristus adalah paradigma budaya tandingan yang gerak motivasinya adalah menuju "ke bawah" bukan gerak motivasi menuju "ke atas" yang merupakan paradigma manusia pada umumnya ( Filipi 2 :5-8). Siapakah manusia yang tidak ingin menjadi pemimpin di posisi puncak pada saat ini?
Yesus mengosongkan diri-Nya dari atribut ilahi menjadi hamba, pilihan-Nya untuk mati di kayu salib bukanlah pilihan populer dan spektakuler. Yesus memilih jalan sunyi, "Jalan yang paling sedikit dilalui orang".
Hati-hati dengan fenomena saat ini yaitu adanya kecenderungan orang-orang untuk sukses mendadak, mendadak terkenal, budaya citra iklan dalam politik kekuasaan. Fenomena ini memotong proses pembentukan karakter, transformasi mental, pemurnian motivasi yang harus dilewati di "sekolah padang gurun".

3. Ujian Kekuasaan dan Ketamakan

"Orang yang layak untuk menerima jubah otoritas adalah orang yang sudah bebas dari keinginan untuk mendapatkan kekuasaan. Kekuasaan adalah alat untuk mencapai tujuan bersama bukan tujuan untuk memperalat orang-orang demi agenda pribadi."

Dan iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: 'Semua itu akan kuberikan kepad-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Maka berkatalah Yesus kepadanya : 'Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis : 'Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" ( Matius 4: 8-10).

Individu yang tidak terbiasa dengan dengan kekuasaan, masih silau dengan gemerlapnya kekuasaan adalah berbahaya untuk dipakaikan jubah otoritas. Tuhan Yesus telah melewati ujian kekuasaan dan ketamakan, gemerlapnya kerajaan dunia dengan kemegahannya. Setelah Iblis gagal mencobai Yesus pada dimensi biologis (roti) dan dimensi jiwa (motivasi), Bapak dari Pendusta itu mencobai Yesus pada dimensi roh yaitu penyembahan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Sejarah mencatat beberapa pemimpin setelah mendapatkan kekuasaan yang mutlak mengkultuskan dirinya seperti dewa,titisan dewa, tuhan, manusia sempurna setengah dewa, intinya sifat narsis dan egois yang dominan. Pemimpin-pemimpin narsistik ini mewajibkan orang-orang untuk memberikan penghormatan, penyembahan kepada mereka melebihi Allah. mereka membuat patung-patung pribadi selagi berkuasa, kitab-kitab suci buatan sendiri, himne-himne pemujaan kepada pemimpin.Yesus Kristus telah lulus dari ujian kekuasaan dan ketamakan. Perhatikan, ketika godaan dari Iblis sudah sudah pada tingkat roh itulah waktunya untuk mengusir Iblis ( Matius 4: 11).

Pemimpin masa depan harus melewati ujian padang gurun yaitu godaan biologis
( makanan, seks), jiwa dan mental (motivasi), godaan roh (kekuasaan dan ketamakan) seperti Yesus Kristus yang Allah Bapa pilih sebagai Pemimpin Agung Dan Juru Selamat umat-Nya.

Ingat ! Siapa yang telah bebas dari keinginan akan kekuasaan, dia memenuhi syarat untuk memakai jubah otoritas.


In desert of life


Johannes Saragih

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Blognya Menarik. akan saya tunggu updates berikutnya.
Salam kenal.

GBU

Andrew Suryadi mengatakan...

thanx for sharing!

Andrew Suryadi mengatakan...

karena menarik, jadi saya juga tertarik buat menshare blog ini dgn membuat link dari blog saya.

http://andrewsuryadi.blogspot.com/